BERBAGI DENGAN SESAMA DI PANTI WREDA OMEGA
POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA SEMARANG
( Semarang, 12 Oktober 2019 )
Pada hari Sabtu, 12 Oktober 2019 saya
bersama dengan teman-teman mahasiswa Polteka Mangunwijaya melaksanakan
kunjungan sosial di Panti Wreda
Omega yang
berada di Jalan Rorojongrang, Semarang. Dengan
adanya kegiatan ini saya dapat mengetahui seperti apa kondisi dan apa saja
kegiatan di Panti Wreda Omega.
Pada saat kunjungan hati saya terasa teriris melihat kondisi Oma-Opa yang ada disana.
Hampir semua Oma-Opa disana berusia diatas 60th dengan kondisi yang jauh dari
kata sehat dan menggunakan kursi roda. Setelah memahami dan bertanya langsung
tentang kondisi yang mereka alami dan rasakan ,sebagian besar dari mereka
menderita sakit, baik sakit jasmani yang dapat kita lihat secara langsung dan
juga sakit secara batin. Sakit jasmani yang menimpa mereka yang paling parah
adalah stroke, yang menyebabkan mereka kesulitan untuk berjalan maupun
berbicara. Sedangkan sakit batin yang mereka alami kebanyakan adalah sakit akan
kerinduan mereka terhadap keluarga, kerinduan terhadap kunjungan-kunjungan
anak-anak muda ke Panti Wreda Omega
tersebut.
Dalam kunjungan tersebut, banyak
kegiatan yang saya dan teman-teman lakukan, hal pertama yang kami lakukan
adalah memperkenalkan diri pada oma-opa dan para pengurus yang ada di Panti Wreda Omega tersebut, berjabat tangan dengan Oma-Opa yang ada disana
sungguh membuat saya tidak kuasa menahan air mata, hati saya terasa teriris dan
sangat sedih melihat raut muka dan mata mereka yang berkaca-kaca yang seolah
melihat kita sebagai anak-cucu mereka. Menyiratkan atas kerinduan kehadiran dan
dekapan kasih sayang keluarga mereka.
Setelah memperkenalkan diri pada mereka
saya dan teman-teman juga berusaha mengenal mereka masing-masing. Selanjutnya,
kami mengjak mereka untuk bernyanyi bersama, Oma-Opa disana pun sangat senang
dan sangat antusias ikut bernyanyi bersama walaupun dengan keterbatasan mereka.
Selain bernyanyi bersama, kita juga saling sharing tentang apa yang dirasakan
Oma-Opa disana, kejadian-kejadian apa saja yang dialami, bercerita tentang
pengalaman dan kenangan mereka di masa muda. Tidak sedikit juga Oma-Opa yang
meneteskan air mata pada saat kita bercengkrama dengan mereka.
Sosok wanita inspiratif yang membuat
saya sangat berkesan dan tersentuh yang saya temui di Panti Wreda Omega adalah
Oma Titik. Wanita paruh baya yang berusia paling tua di Panti Wreda Omega yang
berusia 78th ini dulunya adalah seorang pelayan Tuhan di suatu gereja di daerah
Ibu Kota Jakarta. Kejadian yang membuat hati saya menjerit adalah pada saat
beliau bercerita pada saat ia terjatuh di toilet di Panti Wreda Omega pada saat
malam hari. Saat kejadian tersebut Oma Titik tak kuasa untuk meminta bantuan
para pengurus panti dikarenakan badannya yang syok sehingga dia terlentang di
lantai kamar mandi hingga beberapa jam lamanya. Saat saya tanya apa yang
dirasakan Oma Titik pada waktu kejadian itu, Oma pun menjawab “Dalam hati saya
hanya meminta pertolongan kepada Tuhan, berpasarah dan berserah diri kepada
Tuhan, sambil mengucap dalam hati “YaTuhan bilamana sudah waktunya Hamba
berpulang kepangkuanmu maka dengan segala kekurangan dan kerendahan hati hamba
ikhlas berpulang tapi bilamana belum saatnya, hamba memohon bantuan uluran
tanganMu untuk selamat dari musibah ini YaTuan” sambil terus berdoa dan
berusaha Oma Titik mencoba untuk pelan-pelan berdiri dengan berpegangan kepada
bak mandi yang ada walaupun pergelanggannya terasa sangat nyeri. Pada pagi
harinya barulah Oma bercerita dengan pengurus Panti Wreda Omega. Tetapi saat
pengurus Panti Wreda Omega menawarkan kepada Oma untuk berobat ke dokter, Oma
menolak. Ia percaya bahwa pertolongan dan mukjizat Tuhan itu nyata adanya.
Kondisi awal pergelangan tangan Oma Pasca jatuh yaitu nyeri yang teramat sangat
dan tidak bisa digerakkan. Oma hanya mau pergelangan tangannya diberi salep
pereda nyeri dan pereda bengkak. Dengan mengusapkan salep di pergelangan
tangannya sambil mengucapkan doa-doa kepada Tuhan, dan benar adanya Tuhan
memberi mukjizat kepada Oma. Setelah beberapa hari, tangannya kembali normal
dan tidak nyeri lagi.
Perkataan Oma Titik yang sangat melekat
di hati saya yaitu, “Saat saya bersedih, saat saya gundah, saat saya rindu yang
teramat sangat, saat saya merasa senidirian dan putus asa, saya selalu
mengingat bahwa saya punya Tuhan, saya pandang Salib Tuhan dan memang benar
adanya, seketika perasaan menjadi tenang”.
Dari pengalaman
tersebut saya merasa sangat bersyukur bahwa saya masih lebih beruntung karena
saya masih memiliki kehidupan yang lebih baik dan masih dapat merasakan kasih
sayang dan dapat berkumpul dengan keluarga.
Komentar
Posting Komentar